Langsung ke konten utama

Inovasi Pendidikan Di Era Globalisasi

Globalisasi adalah suatu hubungan sosial yang mendunia yang kemudian terhubung satu sama lain sehingga antara kejadian dari tempat yang berbeda bisa berdampak juga bagi tempat yang lain. Adanya Globalisasi ini tentunya juga didukung dengan adanya teknologi yang semakin lama semakin berkembang dan memudahkan kehidupan manusia. Di era Globalisasi saat ini semua yang kita lakukan menjadi lebih mudah. Pemanfaatan teknologi menuntut kemampuan dan keahlian tenaga yang mengoperasikannya. Tanpa kemampuan dan keahlian tertentu tenaga pelaksana, teknologi maju dan peralatan produksi yang mahal tersebut tidak membawa manfaat bahkan dapat menjadi boomerang dan menimbulkan kecelakaan kerja. Sebab itu pemanfaatan teknologi maju harus didukung oleh sumber daya manusia yang bekualitas tinggi. Kemajuan teknologi informasi dan era globalisasi tersebut mendorong setiap insan yang bergelut dalam dunia pendidikan untuk selalu mensejajarkan diri dengan perkembangan dunia pada umumnya. Dalam hal ini ada kesamaan antara dunia pendidikan dan dunia bisnis. Proyeksi dunia bisnis terhadap dunia global adalah bagaimana manusia mempersiapkan diri melalui pemberdayaan SDM untuk memproduksi barang yang mungkin ditawarkan sesuai dengan kebutuhan dunia global saat ini, maka dunia pendidikan pun sebenarnya mempersiapkan manusia berkualitas tinggi melalui inovasi pendidikan yang mengarah kepada pemanfaatan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi. Sehubungan dengan uraian singkat di atas, saya ingin memproyeksikan tulisan ini ke arah pengembangan program inovasi pendidikan di era globalisasi. Bukankah hal yang sangat mungkin bagi kita para pelaksana pendidikan untuk selalu berpikir ke arah kemajuan, termasuk mengembangkan program inovasi di era global sekaligus menggandeng tandemnya yang selalu kompak, yaitu kemajuan teknologi informasi yang semakin ketat saat ini. Tinjauan Karakteristik Program Inovasi Pendidikan di Era Global program inovasi ditandai dengan beberapa karakteristik sebagai berikut : a. Program Inovasi Pendidikan harus Mengimplikasikan Keuntungan Relatif (relative advantage) Keuntungan relatif adalah keuntungan yang mungkin didapat dari sebuah program inovasi. b. Program Inovasi Pendidikan Harus Memiliki Kompatibilitas (compatibility), Artinya memiliki tingkat kesesuaian dengan nilai pengalaman yang lalu dan kebutuhan dari penerima atau pelanggan. Jika penerima atau pelanggan merasa bahwa program tidak sesuai dengan norma yang dianutnya, maka ia berhak menolak program tersebut. Dalam hal ini penerima atau pelanggan adalah masyarakat, dan masyarakat memiliki norma dan nilai yang konsisten, tidak mudah lekang dan juga tidak mudah dipengaruhi. Oleh sebab itu, penentuan program inovasi harus memiliki konsistensi dengan nilai atau norma yang dianut masyarakat. c. Program Inovasi Harus Memiliki Kompleksitas (Complexity) Ialah tingkat kesukaran untuk memahami dan menggunakan inovasi bagi penerima. Masyarakat dapat menerima program inovasi ketika mereka memahami dengan mudah program yang disodorkan. d. Program Inovasi Harus Memiliki Triabilitas (Testability) Program yang diajukan harus dapat dicoba oleh penerima. Karena itu program inovasi harus terbuka dan transparan. Tidak mungkin sebuah program dibuat secara tertutup. e. Program Inovasi Harus Memiliki Observabilitas (Observatibility) Ini sejalan dengan prinsip triabilitas. Bahwa sebuah program harus disusun secara terbuka, sehingga program dilaksanakan bukan saja oleh pembuat program, akan tetapi juga oleh pihak lain yang menerima. Karakteristik Dunia Global dalam Pendidikan Dunia global dalam pendidikan memiliki karakteristik sebagai berikut : a. Berkembanganya teknologi informasi dan komunikasi (TIK), yang selanjutnya akan berdampak terhadap praktik pembelajaran. b. Munculnya paradigma-paradigma baru dalam pemenuhan kebutuhan pendidikan. c. Terjadinya persaingan dalam dunia pendidikan melalui berbagai aspek, terutama bagaimana lembaga-lembaga pendidikan yang ada berkompetisi dalam melakukan bench-marking dengan dunia luar sebagai upaya mengaktualisasikan diri di era global ini. d. Terjadinya berbagai perubahan dalam rangka mensejajarkan diri dengan perkembangan dunia pada umumnya. Kelima aspek ini sedikit banyak telah menjadi pemicu para pengelola pendidikan dalam memanajemeni pelaksanaan pendidikan. Bagaimana aspek perencanaan termasuk di dalamnya budgeting yang tepat, sehingga kemudian lembaga pendidikan yang dikelolanya mampu bersaing dengan perkembangan dunia pada umumnya. Inilah yang kemudian menjadi sasaran inovasi pendidikan di era global, yakni mampu mewujudkan sekolah menjadi subyek daya saing yang berkualitas. Pengembangan Program Inovasi Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) yang berkembang pesat saat ini memicu para pengelola pendidikan untuk mengembangkan program inovasinya terhadap pembelajaran dengan memanfaatkan TIK. Beberapa pihak menyebutkan bahwa TIK merupakan eksistensi kekinian yang ditandai dengan penggunaan peralatan digital. Penggunaan peralatan digital sebagai pranata pengembangan TIK dipercayai dapat menjangkau dan menyediakan segala kebutuhan manusia yang semakin kompleks. Malik Fajar (2007) menyatakan, bahwa “pendayagunaan TIK diyakini akan mempercepat pengembangan ekonomi yang berdampak pada kesejahteraan suatu bangsa.” Dalam perkembangannya, TIK mémang mampu meningkatkan efektivitas dan efisiensi pembiayaan dan meningkatkan keanekaragaman jasa yang menghasilkan konvergensi antara telekomunikasi, komputer dan penyiaran berupa multimedia, termasuk internet. UNESCO mengklasifikasikan penerapan TIK untuk pendidikan ke dalam 4 level, yaitu level emerging, applying, integrating dan transforming. Emerging adalah pengenalan awal TIK, applying artinya baru sampai tahap mempelajari penggunaan TIK. Integrating maksudnya adalah sudah menggunakan TIK untuk pembelajaran (using TIK to learn). Dan terakhir transforming, yang artinya menjadikan TIK sebagai katalis reformasi/transformasi pendidikan. Dari penjelasan di atas didapat gambaran, bahwa TIK berperan sebagai media pengembangan mutu pendidikan. Aktualisasi dari TIK itu sendiri tergambar pada saat guru dan siswa melakukan interaksi belajar-mengajar. Dalam PBM, selain mengajarkan nilai, guru juga mengajarkan data dan informasi yang diwujudkan melalui media TIK. Inovasi Pengembangan Bahan Ajar Bahan ajar merupakan bahan pembelajaran yang secara langsung digunakan untuk kegiatan pembelajaran. Bahan ajar berisikan semua cakupan materi dari semua mata pelajaran yang pada praktiknya berupa media atau sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan pembelajaran, baik berupa visual, audio, maupun pesan audio visual. Bahan ajar visual merupakan bahan ajar yang disajikan dalam bentuk visual. Media yang digunakan adalah akses data ke komputer, disajikan dapat melalui in-focus dari data komputer atau data yang diambil dari internet. Bahan ajar audio, berarti bahan ajar yang disajikan hanya melalui suara tanpa visual. Disajikan dalam bentuk rekaman suara berisi informasi tentang materi pembelajaran. Media yang digunakan adalah radio-tape, dengan mengambil suara yang bersumber dari data berita televisi atau dari internet. Bahan ajar audio visual disajikan lengkap berupa ulasan berupa suara dan gambar yang dapat disajikan. Gambar yang tersaji itu sendiri bisa merupakan film, visualisasi foto, ataupun hanya berupa sajian data teks. Dalam penyajiannya, sebenarnya pesan yang disampaikan itu merupakan pesan tercetak (prnted materials) yang diproyeksikan sebagai bahan ajar yang ditransfer untuk kepentingan pembelajaran melalui internet atau e-learning. Bagaimanapun bentuknya, bahan pembelajaran yang disajikan merupakan insatrumental input yang berperan sebagai penopang dan merupakan sub sistem bagi implementasi pembelajaran. Bahan ajar ini tidak hanya digunakan sebagai pedoman guru dalam mengajar, akan tetapi harus dapat digunakan untuk kegiatan pembelajaran siswa secara individual. Bahan ajar yang dikembangkan harus sesuai dengan kurikulum yang digunakan saat ini. Sekarang sedang berlangsung implementasi “K13” (kurikulum 2013), maka model K13 inilah yang harus dikembangkan. Bahan pembelajaran biasanya dibuat dalam dua kategori, yaitu kategori cetak dan kategori non cetak. Bahan pembelajaran kategori cetak antara lain : buku, modul, paket berprograma, komik, cerita bergambar, poster, pamflet. Sedangkan bahan ajar yang non-cetak antara lain :kaset audio, kaset video, ved dan film. Prosedur Pengembangan Inovasi a. Persiapan Inovasi pendidikan di era global ini perlu dimulai dari tahap persiapan. Persiapan terdiri atas perencanaan, antara lain merencanakan bagaimana pembelajaran melalui TIK diimplementasikan dengan berpedoman pada kurikulum yang berlaku. Analisa kurikulum adalah kegiatan yang termasuk ke dalam langkah persiapan ini. Kurikulum digunakan sebagai acuan, baik yang berkaitan dengan tujuan mata pelajaran, tujuan setiap topik, struktur materi bahan ajar, rancangan strategi/metode, dan pengembangan untuk kegiatan evaluasi. Perencanaan dimaksud termasuk pula penetapan model pembelajaran TIK seperti: 1. Web Course Web course memberikan kemungkinan pembelajaran dilakukan melalui Internet sepenuhnya. Di sini terdapat bahan belajar, diskusi, konsultasi, penugasan, latihan, dan ujian. Siswa dan guru tidak bertatap muka secara langsung, mereka terpisah satu sama lain. Hubungan guru-siswa sepenuhnya dilaksanakan melalui internet. 2. Web Centric Course Sifat web centric course dapat dipandang sebagai fifty-fifty, sebagian melalui internet, sebagian melalui tatap muka. Misalnya, bahan belajar semuanya diambil dari internet, namun saat ujian bertatap muka. 3. Web Enhanced Corse Kegiatan belajar utama adalah tatap muka di kelas. Internet hanya merupakan media belajar. Internet di sini berperan menyediakan sumber-sumber belajar yang menyediakan link ke berbagai sumber. Akses online nternet di dalam kelas memungkinkan pembelajaran menjadi lebih lancar dan dengan jangakauan luas, karena sumber belajar tersedia di berbagai pelosok dunia. b. Pembuatan Bahan Ajar Setelah penetapan model pembelajaran dengan basis teknologi informasi, tahapan selanjutnya adalah pembuatan bahan ajar. Pelaksanaan pembuatan bahan ajar dapat dilakukan melalui diskusi melalui forum KKG atau MGMP dengan melibatkan ahli terkait. Ahli terkait dimaksud misalnya guru inti, guru pemandu, ahli materi, ahli bahasa, ana atau ahli kurikulum. Dari mereka didengar tentang bagaimana aplikasi kurikulum dalam sebuah draft bahan ajar. Setelah didapat keterangan ataupun hasil diskusi yang lengkap, maka draft naskah persiapan pembelajaran yang terdiri atas, silabus dan rekncana pelaksanaan pembelajaran (RRP) dibuat dan diprint-out. Di dalam draft bahan ajar dimasukkan penggunaan alat-alat teknologi informasi seperti : internet, in-focus, radio, televisi, dan sebagainya. c. Pelaksanaan Pembelajaran Pelaksanaan pembelajaran merupakan serangkaian kegiatan pembelajaran di dalam kelas (jika yang digunakan adalah model web enhanced course), dengan rangkaian sebagai berikut : 1. Kegiatan Pendahuluan (Pre Activity) Biasanya didahului dengan kegiatan pembukaan, tanya jawab tentang keadaan siswa, pembertahuan topik pembelajaran, pre-test, dan atau kegiatan terkait lainnya. 2. Kegiatan Inti (Whilst Activity) Kegiatan ini terdiri atas pemberian informasi materi, diskusi, pemberian tugas, dan kegiatan terkait lainnya. 3. Kegiatan Penutup (Post Activity) Pada tahap ini diberikan kesimpulan, evaluasi, dan follow up. Di sini juga diberikan penguatan atau re-inforcement. Kesimpulan Menghadapi tantangan global yang semakin berkembang pesat saat ini, dibutuhkan sebuah gerak inovatif dalam pendidikan. Salah satu tantangan era global yang dihadapi adalah perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Dalam dunia pendidikan, TIK menjadi sebuah kesempatan yang menarik untuk dikembangkan menjadi sarana pembelajaran. Artinya, keniscayaan menggunakan sarana TIK dalam pembelajaran menjadi sangat penting adanya. Untuk itu, guru diharapkan mampu mengembangkan program inovasi pendidikan ke arah pembelajaran melalui TIK dengan menyusun perencanaan yang matang dan model pembelajaran yang tepat disesuaikan dengan situasi dan kondisi.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Analisis Kasus Trail Smelter

Analisis kasus Trail Smelter Trail Smelter Case 1941 ( Kasus Trail Smelter 1941 ), berawal dari permasalahan pencemaran udara yang diakibatkan oleh sebuah perusahaan pupuk milik warga negara Kanada yang dioperasikan di dalam wilayah Kanada, dekat sungai Columbia, lebih kurang 10 mil menjelang perbatasan Kanada-AS. Mulai tahun 1920 produksi emisi perusahaan tersebut terus meningkat. Emisi tersebut mengandung sulfur dioksida , menyebarkan bau logam dan seng yang sangat menyengat. Pada tahun 1930 jumlah emisi tersebut mencapai lebih dari 300 ton sulfur setiap hari. Emisi tersebut, karena terbawa angin, bergerak ke arah wilayah AS melalui lembah sungai Columbia dan menimbulkan berbagai akibat merugikan terhadap tanah, air, dan udara, kesehatan serta berbagai kepentingan penduduk Washington lainnya. Amerika Serikat kemudian melakukan klaim terhadap Kanada dan meminta Kanada bertanggungjawab terhadap kerugian yang diderita Amerika Serikat (AS). Setelah melakukan negosiasi, kedua negara...

Ilmu Hukum Sebagai Ilmu Sui Generis

              Ilmu hukum adalah “SUI GENERIS” yang berarti ilmu hukum merupakan ilmu yang jenis sendiri. Ilmu hukum memiliki cara kerja yang khas dan sistem ilmiah yang berbeda karena memiliki obyek kajian yang berbeda. Ciri ilmu hukum sebagai sui generis : karakter normatif i lmu hukum, Terminologi ilmu hukum, Jenis ilmu hukum, Lapisan ilmu hukum. Dari sudut kualitas sulit dikelompokkan dalam Ilmu Pengetahuan Alam atau dalam Ilmu Pengetahuan Sosial.   Ilmu Hukum memiliki Tatanan/lapisan Ilmu sendiri, menurut T Gijssels, terdiri dari Filsafat Hukum, Teori Hukum dan Dogmatik Ilmu Hukum. Secara singkat perngertian ketiganya adalah dogmatik hukum Studi secara ilmiah tentang hukum pada tataran ilmu-ilmu positif. Teori hukum Studi yang obyek telaahnya adalah tatanan hukum sebagai suatu sistem. Dan, filsafat hukum Studi yang objek telaahnya adalah hukum sebagai demikian ( law as such ). (B. Arief Sidharta, Meuwisse...

ANALISIS KASUS PENAHANAN PERWAKILAN DIPLOMATIK INDIA DI AMERIKA SERIKAT “DEVYANI KHOBRAGADE”

Gambaran Kasus Dr. Devyani Khobragade adalah perempuan kelahiran kota Tarapur wilayah bagian Maharashtra, berkebangsaan India. Khobragade masuk ke dinas Kementerian Luar Negeri India pada tahun 1999. Kemudian pada September 2012 dia menjabat sebagai Deputi Konsulat Jenderal India   di New York, Amerika Serikat. Saat dia menjabat di AS, dia mendapatkan perhatian dunia internasional karena kasus pemalsuan informasi pengajuan izin tinggal (visa) atau dikenal dengan visa fraud   di AS milik pembantunya yaitu Sangeeta Richard yang diajukan pada bulan November 2012. Karena itu pada tanggal 11 Desember 2013, Khobragade ditangkap dan diperiksa oleh otoritas keamanan AS atas laporan dari Sangeeta Richard melalui komunitas India di New York dengan tuduhan Khobragade mempekerjakan tenaga kerja (Sangeeta Richard) di bawah upah minimal yang ditetapkan hukum AS . Kasus ini berawal pada 15 Oktober 2012, Khobragade mengajukan aplikasi permohonan visa online ke website U.S. Department ...